Lifestyle

Perkembangan Teknologi Menggerus Budaya Sosial Indonesia

Di zaman modern ini, perkembangan teknologi komunikasi terjadi sangat pesat. Mengikuti perkembangan zaman yang tiada habisnya membuat manusia melupakan budaya untuk saling bersosialisasi kepada masyarakat.

Teknologi alat komunikasi handphone, kita tak pernah berpikir jika alat yang begitu kecil dapat menghubungkan seluruh manusia di dunia dengan begitu cepat. Mulai dari anak-anak hingga orangtua sudah memiliki barang canggih tersebut. Harganya pun terbilang terjangkau dengan varian nominal. Dari sana kemudian terjadi perubahan fenomena sosial di masyarakat Indonesia yang begitu drastis.

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak ke pihak lain. Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih bisa dilakukan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, dan menggelengkan kepala.

Dulu sebelum ada teknologi seperti sekarang manusia lebih banyak berkomunikasi dengan menggunakan gerak-gerik, mimik, dan sikap tubuh karena manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan manusia lainnya. Namun, seiiring perkembangan zaman. Masyarakat mampu menciptakan handphone sebagai alat yang mudah untuk berkomunikasi. Tak hanya sebagai alat komunikasi, telepon selular ini juga mampu mempermudah dalam penyelesaikan pekerjaan dan penyebaran informasi.

Masyarakat mengandalkan teknologi informasi untuk mengolah data pada telepon pintarnya yang dapat diisikan berbagai macam aplikasi. Salah satu aplikasi tersebut adalah aplikasi untuk membuat dokumen macam Excel, Word, dan Power Point. Sehingga dalam keadaan mendesak tugas dapat dikerjakan melalui smartphone yang dimilikinya.

Ketika ponsel telah berhasil menggeser kebudayaan, maka tak heran bila pada akhirnya kita akan sangat bergantung pada sebuah handphone. Cara berkomunikasi menggunakan handphone pun sudah mengesampingkan tujuan utamanya yaitu untuk berkomunikasi jarak jauh. Nyatanya berjarak dekat saja kita menggunakan handphone untuk berkomunikasi.

Para remaja lebih suka berbicara via SMS dibandingkan harus bertukar cerita dengan orangtua atau teman secara langsung. Para pelajar lebih sering bermain handphone di saat guru sedang menerangkan pelajaran. Anak SD lebih suka bermain games di handphone dari pada harus bermain bersama teman sebayanya. Bahkan ketika jalan bersama teman atau berkumpul dengan keluarga handphone selalu dalam genggaman kita.

Budaya untuk saling sosialisasi tehadap masyarakat kini terlupakan. Di saat manusia kini tak lagi bertatap muka kepada tetangganya melainkan hanya berkabar lewat media sosial. Ketika ucapan salam saat orang berkunjung ke rumah kita jarang terdengar. Namun, sebuah kalimat “Ping, saya sudah didepan rumah”, yang terlihat dari layar handphone langsung membuat kita membukakan pintu.

Kemudian tradisi untuk pulang ke kampung halaman di saat libur panjang, kini rasa rindu itu bisa dilakukan hanya dengan video call. Tak jarang manusia memanggil orang hanya dengan mengklik “Ping” pada layar handphone. Lalu kita menyahut dengan kalimat “Apa dan kenapa?”

Budaya untuk berbicara tatap muka kini semakin jarang dijumpai. Di saat berkumpul dengan teman dan keluarga, banyak manusia lebih sibuk dengan handphonenya. Mereka suka bermain handphone daripada berbicara atau sekadar bertukar cerita kepada orang lain.

Keberadaan teknologi pada semua aspek kehidupan. Semuanya dapat dijangkau tanpa harus berada di tempat yang dikehendaki. Disadari atau tidak, ia telah mengubah beberapa nilai, norma dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat.

Di Indonesia yang merupakan negara dengan adat ketimuran yang kental, rata-rata masyarakat sangat menjunjung tinggi nilai-nilai, norma, dan adat istiadatnya sebagai aset untuk melestarikan daerah dan budayanya secara turun-temurun.

Semakin maraknya penggunaan telepon selular atau handphone juga berdampak pada masyarakat. Menurut data majalah Computeraktif (no.50/26 Maret 2003), berdasarkan survey Siemes Mobile Lifestyle III menyebutkan bahwa 60 persen remaja usia 15-19 tahun dan pasca remaja lebih senang mengirim SMS dari pada membaca buku. Dapat dikatakan, budaya membaca yang sudah terancam oleh budaya dengar dan lihat diancam lagi dengan budaya mengirim SMS.

Selain itu, handphone ternyata juga berdampak pada norma yang berlaku di masyarakat. Dulu jika kita berkomunikasi perlu bertatap muka. Untuk menghormati orang yang lebih tua kita menjaga sikap ketika berkomunikasi. Tetapi dengan adanya handphone kita tidak perlu bertatap muka apabila ingin berkomunikasi. Kemudahan ini ternyata membuat orang lupa lalu meyamakan kedudukan ketika berkomunikasi dengan orang yang dihubunginya, baik lebih tua ataupun sebaya.

Seharusnya kita mampu memanfaatkan teknologi komunikasi dengan bijak. Sebuah perkembangan pastilah membawa dampak besar bagi sekitarnya. Tidak mungkin perkembangan tidak menimbulkan dampak bagi sekitarnya.

Kita sebagai masyarakat harus pandai memilih dan mengelola agar tidak kecanduan dalam menggunakannya. Kita harus bisa menjaga budaya yang sejak lama sudah diterapkan. Jangan sampai malas bersosialisasi dengan teman dan lingkungan sekitar hanya karena sebuah handphone.

To Top